Rabu, 19 Juli 2017

Neve a Milano [Part 1: Pertemuan]


4 Januari
Musim dingin di kota Milan belum usai. Ini perjalanan pertamaku ke kota ini, atau mungkin yang terakhir. Dengan gajiku sebagai detektif polisi mana mungkin aku bisa berlibur ke luar negeri. Ya, mana mungkin bisa, kalau tidak ada kejadian itu ...

3 Bulan sebelumnya
Kringgg...
“Halo... Ada apa inspektur?”
“Datanglah ke kantor! sekarang!”
Tampaknya ada masalah besar, atau mungkin inspektur yang dalam masalah? Lebih baik aku meluncur saja sekarang.
Dalam 20 menit aku sudah berada di depan ruangan inspektur, walaupun aku harus meninggalkan sarapan kesukaanku.
Tok...tok...
“Ijin masuk pak!”
“Selamat datang detektif Liman, ini Mr.Rozelly, dia sedang butuh bantuan.”
“Amerigo Rozelly, mohon bantuannya.”
Sepintas pikiranku kosong, nama yang asing untukku, kenapa aku harus berurusan dengan orang asing ini? Mau bagaimana lagi, kalau sudah sampai kantor polisi, ini sudah menjadi tugasku.
“Liman... Ler Liman, apa yang dapat saya bantu ?”
Ternyata tangannya lebih besar dari dugaanku, sambil bersalaman kupikir tingginya sekitar 190 cm, mungkin beratnya 80 kg atau lebih. Dia orang kaya. Pakaian terlihat mahal, jam tangan berkelas melingkar di tangan kiri, cincin dengan batu mulia yang tidak kupahami jenisnya, tapi aku yakin gajiku tidak cukup untuk membelinya ada di jari manis tangan kanan.
 “Saya sedang berlibur di sini, tetapi saya dan mendapat ancaman!”
“Ancaman seperti apa tuan?”
Ternyata dia dan teman wanitanya merasa diikuti, kemanapun mereka pergi selalu ada yang mengawasi. Maka dari itu dia meminta bantuan polisi untuk memastikan keselamatannya. Walaupun terkesan seperti bodyguard, mau tak mau aku harus menerimanya, aku mengawasi dari kejauhan aktivitas mereka berdua selama satu minggu, melihat apakah ada penguntit yang datang di sekitar mereka.
 Tepat di hari mereka akan meninggalkan negara ini, muncul insiden yang tak terduga. Mereka dirampok oleh seorang supir taxi yang mereka tumpangi. Seperti merebut permen dari anak kecil, aku muncul dari penyamaranku dan menangkap si supir dengan mudah. Setelah diinterogasi, ternyata orang ini memang sudah mengincar Mr.Rozelly sejak awal.
Hari itu menjadi hari yang akan diingat oleh Mr.Rozelly dan teman wanitanya, begitu juga aku. Kupikir semua hal melelahkan ini selesai ketika mereka pergi, ternyata tidak. Sebelum mereka terbang meninggalkan negara ini, aku diberi sebuah amplop yang tersegel.
“Kupikir ini layak kuberikan untukmu Mr.Liman.”
“Terimakasih, tetapi jika ini uang, saya tidak akan menerimanya.”
“Ha ha ha... ini bukan uang, terima saja Mr.Liman, kuharap kau bisa memakainya”
Akhirnya kuterima amplop itu.
Segera setelah itu mereka menuju ruang tunggu pesawat, sambil berjalan Mr.Rozelly melambaikan tangannya padaku tanpa menoleh. Lagi-lagi aku melihat cincinnya yang mahal itu. Karena penasaran, saat itu juga ku buka amplop itu, dan inilah isinya, undangan berlibur ke rumahnya, Milan, Italia.
Semua itu terasa begitu cepat, seperti kemarin. Tak terasa aku sudah sampai di depan sebuah rumah. Setelah turun dari pesawat dan menumpang taxi, sepertinya ini memang alamatnya, kupikir demikian. Rumah yang terlihat mewah, dari luar terlihat pagar setinggi 2 meter atau lebih, tembok yang cukup artistik. Di tengahnya sebuah gerbang besi menjadi akses masuk utama dan pos security di baliknya.
Ku beranikan diri menanyakan alamat yang kutuju.
“Permisi, apa benar ini rumah Mr.Rozelly?”
“Anda siapa?” pria berkulit gelap muncul dibalik gerbang besi.
“Saya Ler Liman, Mr.Rozelly mengundang saya untuk datang kemari.”
“Silahkan masuk!” Walaupun terlihat garang, dia tampaknya orang baik. Setelah membukakan gerbang, ku ikuti orang ini ke arah bangunan mewah di depanku. Rumah berwarna abu-abu yang terlihat modern, dengan design yang tidak biasa tentunya. Di bagian kiri rumah ada ruangan yang menggunakan jendela kaca yang membuat isi ruangan itu terlihat dari luar. Kulihat samar-samar karena kaca ruangan tertutup embun ada seorang pria menggunakan sweater hitam duduk di dalam ruangan, mungkin sedang menulis. Dia melihatku, lalu meletakan pena dan melambaikan tangan kirinya padaku.
“Mr.Rozelly sudah menunggu anda.”
Tanpa menjawab perkataannya aku langsung membalas lambaian tangan Mr.Rozelly. Sesampainya di beranda, kulihat ada satu pintu di kanan dan kiri, juga pintu utama didepanku yang tepat menghadap gerbang di depan sana. Dari sini tak ada satupun jendela ataupun kaca, sehingga bagian dalam rumah sama sekali tak terlihat.
 “Mari saya antarkan ke ruangan Mr.Rozelly.”
Dia membuka pintu ruangan di sebelah kiri, aku hanya mengikuti sembari melihat detail bangunan yang tampak. Tidak banyak ukiran pada dinding, tapi penggunaan warna yang sesuai dapat membuat dindingnya enak dilihat.
Ternyata di dalam ruangan ini masih ada ruangan lainnya, pria gelap tadi mengetuk pintu didepannya.
Knock... Knock...
“Permisi Mr.Rozelly, tamu anda sudah sampai.”
Pria gelap itu masih berdiri didepan pintu sambil menunggu jawaban, sementara aku hanya diam menikmati udara hangat yang sudah lama tak kurasakan. Pagi ini adalah kali pertama aku merasakan udara musim dingin sepanjang hidupku.
“Sepertinya Mr.Rozelly tidak berada di ruangannya.”
Pria gelap tadi mencoba memutar knop pintu, namun hasilnya nihil, pintu terkunci. Aneh pikirku, baru saja tadi aku melambaikan tangan padanya beberapa menit yang lalu dari pintu gerbang.
 Bzzt... Bzzt...
“Oh... ini pesan dari Mr.Rozelly, katanya dia akan membersihkan badan dulu di kamarnya, dan akan menemui anda di ruang utama.”
Dia membaca pesan dari telepon pintarnya, dan menunjuk pintu di sebelah kananku.
“Oh, baiklah. Dimana ruang utamanya?”
“Mari saya antarkan.”
Kami kembali keluar dari ruangan itu dan menuju ruang utama. Menuju ruang utama harus melewati pintu utama yang berada di beranda. Aku tahu ruangan di balik pintu kedua dalam ruangan tadi adalah kamar pribadi Mr.Rozelly, karena kudengar sayup-sayup suara air dari dalam.
“Silahkan duduk, saya akan memanggil kepala pelayan untuk menemui anda.”
“Oh, iya terimakasih.”
Sebelum dia melangkah pergi, muncul seseorang dari rangan lainnya dengan wajah yang menunjukkan keterkejutan.
“Selamat datang Mr.Liman, saya Freddo Martello kepala pelayan di rumah ini.”
“Iya, saya Ler Liman, kenalan Mr.Rozelly.” Kami bersalaman, dia cukup ramah. Tapi ada satu hal yang menggangguku, parfumnya sangat menyengat.
“Mr.Rozelly sudah menceritakan tentang anda, anda adalah penyelamat hidupnya.”
“Ahahaha... Mr.Rozelly terlalu berlebihan menceritakannya.”
“Silahkan duduk Mr.Liman.” Dia mempersilahkanku untuk duduk sambil memberi isyarat pada pria gelap tadi untuk segera kembali ke ruangannya di depan sana, kasihan pria itu. Dia langsung pergi tanpa berkata apapun lagi, mungkin memang dia pendiam atau sekedar profesionalisme.
Setelah menyuguhkan minuman, Freddo duduk dan menemaniku sembari membicarakan perjalananku sampai bisa menemukan alamat ini. Kupikir dia orang yang ramah, dia juga menceritakan keseharian majikannya. Mr.Rozelly adalah seorang penulis novel terkenal di Italia. Kulihat sekeliling ruangan, ternyata benda yang kucari tidak ada, lalu aku mengambil telepon pintarku.
“Sekarang pukul 09.40 Mr.Liman.” Dia mengangkat tangan kanannya dan melihat jam.
“Ah... terimakasih Mr.Martello.”
Aku terkejut melihat senyum di wajahnya, ternyata dia tahu apa yang sedang kucari. Sudah lebih dari 30 menit aku menunggu di ruangan ini, mungkin memang Mr.Rozelly butuh waktu lama untuk membersihkan tubuhnya.
Ceklek...
“Silahkan masuk.” Pria gelap itu lagi, dia bersama seseorang.
“Terimakasih Mr.Bianco.”
Seorang wanita cantik 25 tahunan dengan rambut hitam diikat ekor kuda, berwajah asia seperti seleraku tentunya.
“Permisi, saya Jene Sima, apakah anda Mr.Rozelly?”
“Silahkan duduk Mrs.Sima, saya Freddo Martello kepala pelayan di rumah ini, Mr.Rozelly sebentar lagi akan kemari, mohon tunggu sebentar. Perkenalkan ini Mr.Liman.”
“Ler Liman.” Aku berdiri dan memperkenalkan diriku.
“Jene Sima.” Dia menyambut tanganku dengan hangat.
Sekarang kami bertiga duduk di ruangan utama, hanya Freddo yang berbicara banyak, mungkin memang ini salah satu keahlian yang diperlukan sebagai kepala pelayan. Sementara aku dan Jene hanya menanggapi seperlunya, jujur saja aku masih lelah. Mungkin sudah 15 menit berlalu sejak Jene datang, dan Freddo tampak mulai gelisah karena Mr.Rozelly tak kunjung muncul.
Ceklek...
“Kabar buruk Freddo, badai salju sebentar lagi akan sampai wilayah ini.”
“Benarkah Pietro?”
“Aku baru saja melihat di siaran TV, cepat tutup semua pintu dan jendela.”
“Ada apa ribut-ribut? Freddo? Pietro?”Muncul gadis cantik dari ruang dalam, kurasa dia bagian dari keluarga ini.
“Nona Rosa, sebentar lagi badai akan datang, saya dan Pietro akan menutup semua jendela dan pintu.”
“Oh begitu, lalu siapa mereka?”
“Saya Ler Liman.”
“Saya Jene Sima.” Secara refleks, kami berdua berdiri dan memperkenalkan diri pada gadis itu.
“Mr.Liman adalah tamu ayah anda, dan Mrs.Sima akan menjadi dokter keluarga yang baru.” Freddo dengan sigap memperkenalkan aku dan Mrs.Sima
“Ohh begitu, perkenalkan saya Rosa deSpine, putri Mr.Rozelly. Freddo, dimana ayah?”
“Beliau masih di kamarnya kurasa. Akan saya panggilkan, nona.”
“Tidak perlu, biar aku saja yang memanggilnya.” Seketika Rosa mengetuk pintu kamar ayahnya.
“Ayah... berapa lama kau akan di dalam sana?” Masih tidak ada jawaban, knop pintu diputar tetapi tidak terbuka. Hening selama beberapa detik, firasat buruk...
“Kenapa tidak kita cari di ruang kerja?” Akhirnya aku memecah keheningan
“Baiklah, akan ku lihat di ruangannya.”
Pietro, bergegas keluar ruangan. Tampaknya ada yang tidak beres dengan Mr.Rozelly, apakah dia baik-baik saja...
“Toloong... Toloong...!!!” Serentak kami yang berada di dalam ruang utama berlari keluar mencari arah suara minta tolong.
“Ada apa Pietro?”

Pertanyaan Freddo terjawab dengan pemandangan mengerikan di hadapan kami, Mr.Rozelly tersungkur di lantai dengan posisi tertelungkup dan bersimbah darah. Sial, padahal satu jam yang lalu aku masih melihatnya melambaikan tangan padaku.

                                                                                                                                 Selanjutnya...

1 komentar:

  1. Adakah yang sudah menganalisis kasus ini?
    Apakah sebuah pembunuhan?

    BalasHapus

Pengetahuan Seputar Investigasi #2

21. Safety pada pistol jenis tokalev akan terpasang bila pemicu di tekan perlahan lalu berhenti di tengah tengah. 22. Bila seseorg tidak...